MBS303

DAFTAR
303 mbs

Forum

   

Dari Dunia Digital ke Tanah Suci: Cerita Perjalanan Hati ke Haramain

Hasan Basri
Giovedì 16 Ottobre 2025 ore 11:55

Sejak dulu, dua nama ini selalu menggema dalam hati setiap Muslim — Haramain, sebutan untuk Makkah dan Madinah. Namun kali ini, kisahnya datang dari sudut pandang yang tak biasa: seorang anak muda generasi Z bernama Aisyah (23), yang hidupnya tak jauh dari layar, notifikasi, dan dunia digital, akhirnya menjawab panggilan spiritual yang lama ia abaikan.

Awal Perjalanan: Ketika Panggilan Itu Datang

Aisyah bekerja sebagai content creator. Hidupnya terlihat sempurna di media sosial: karier lancar, banyak pengikut, dan gaya hidup modern yang seru. Namun di balik semua itu, ada kekosongan yang sulit dijelaskan. Suatu malam, ketika scroll video tentang jamaah yang menangis di depan Ka’bah, hatinya bergetar. “Kapan terakhir aku benar-benar berdoa dengan khusyuk?” pikirnya. Dari situlah, perjalanan menuju Haramain dimulai.

Madinah: Ketulusan yang Menyentuh Kalbu

Begitu mendarat di Madinah, suasana hati Aisyah berubah. Langitnya teduh, anginnya lembut, dan suasana kota penuh ketenangan. Ia merasa seperti disambut oleh pelukan damai. Di Masjid Nabawi, setiap langkah terasa penuh makna. Ia duduk di dekat Raudhah, air matanya menetes tanpa bisa ditahan. “Inikah taman surga itu?” bisiknya pelan.

Selama beberapa hari di Madinah, Aisyah belajar arti ketulusan dari para jamaah yang sederhana. Ia melihat nenek tua yang berdoa lama tanpa lelah, anak-anak kecil yang tersenyum ramah, dan para petugas masjid yang melayani dengan penuh keikhlasan. Madinah mengajarkan bahwa cinta kepada Rasulullah ﷺ bukan hanya diucapkan, tapi dihidupkan dalam keseharian. Di sinilah Aisyah merasakan kedamaian pertama yang sesungguhnya — kedamaian hati yang sudah lama ia cari di luar, tapi ternyata tersimpan di dalam Haramain.

Makkah: Puncak Rasa Syukur dan Air Mata

Perjalanan berlanjut ke Makkah. Saat pertama kali melihat Ka’bah, Aisyah terdiam. Air matanya jatuh tanpa disadari. Ia berdiri lama, tak sanggup berkata apa-apa, hanya menatap rumah Allah سبحانه وتعالى dengan hati bergetar. Setiap langkah tawaf menjadi refleksi hidupnya — tentang waktu yang sering disia-siakan, tentang orang tua yang ia rindukan, dan tentang rasa syukur yang selama ini tertutup oleh ambisi.

Malam di Masjidil Haram menjadi momen yang tak akan pernah terlupakan. Di tengah ribuan jamaah, Aisyah menatap Ka’bah yang bersinar lembut, berdoa agar hatinya selalu istiqamah. “Ya Allah, jangan biarkan aku kembali seperti dulu,” doanya lirih. Di Makkah, ia belajar arti ketundukan sejati — bahwa manusia hanyalah hamba yang lemah, tapi selalu punya tempat untuk kembali dalam kasih sayang Allah سبحانه وتعالى.

Haramain di Mata Generasi Z

Bagi generasi muda seperti Aisyah, perjalanan ke Haramain bukan hanya ibadah, tapi juga “digital detox” spiritual. Banyak dari mereka datang dengan pikiran penuh gadget dan urusan dunia, tapi pulang dengan hati yang lebih bersih. Mereka belajar bahwa “healing” terbaik bukan di pantai atau kafe estetik, tapi di depan Ka’bah dan di pelataran Masjid Nabawi.

Aisyah bahkan membuat konten reflektif setelah pulang, bukan untuk pamer, tapi untuk mengajak anak muda lain merasakan hal yang sama. “Teman-teman, kalau kalian merasa kehilangan arah, mungkin sudah saatnya ke Haramain. Di sana, kamu nggak cuma menemukan Tuhan, tapi juga menemukan dirimu sendiri.”

Dua Kota, Satu Cinta yang Abadi

Kini, setiap kali mendengar lantunan adzan, hati Aisyah langsung teringat pada dua kota itu. Madinah dengan kelembutannya, dan Makkah dengan keagungannya. Dua kota yang mengubah caranya memandang hidup, cinta, dan ibadah. Ia sadar, tak ada tempat di dunia ini yang mampu memberi kedamaian sedalam yang ia rasakan di Haramain.

Setiap malam, ia berdoa agar suatu hari bisa kembali — bukan untuk sekadar berkunjung, tapi untuk kembali menambatkan hatinya di Tanah Suci. Karena siapa pun yang pernah menapakkan kaki di Haramain tahu, panggilan itu tak pernah berhenti.

   

Responsabile/i di DAFTAR : 303 mbs
Amministratore della piattaforma : IT Manager BACT
Telefono : +390818799822
Realizzato da Fondazione ITS BACT © 2010 - 2019